search engine

Thursday, October 1, 2009

JOGJA - BROMO (sebuah catatan perjalanan)

INTRODUCTION


Kami bukanlah anggota klub motor, kami masih minim jam terbang dalam touring motor, tapi kami memiliki niat untuk jelajah wisata, yang bermula dari kesukaan kami akan wisata alam. Setelah tarik ulur masalah waktu, akhirnya jadi juga touring ke Bromo naik motor ama temen-temen. Rencana awal dimulai dari ide saya dan kedua teman saya, yaitu Anjar dan Bambang, dimana touring ini sudah direncanakan sejak Maret 2009. Rencana semula kita berangkat akhir Mei sesudah UAS kampus UAJY, tapi diundur hingga awal Juni yang dirasa lebih cocok. Akhirnya tanggal berangkat pun ditetapkan pada 9 Juni 2009. Peserta pun sudah ditetapkan, sebanyak 9 orang, dengan menggunakan 5 motor.


TECHNICAL MEETING


Beberapa hari sebelum berangkat, diadakan Technical Meeting, kebetulan TM diadakan di 73bistro, untuk membahas rute dan persiapan perjalanan. Penting banget ini, soalnya belum pernah ada dari peserta yang touring sejauh ini, dan belum ada yang tau jalan ke Bromo. Ternyata 2 orang dari rekannya Bambang mengundurkan diri, karena ada urusan dari kampusnya. Jadi yang berangkat 7 orang yaitu : saya sendiri, Anjar dan Uli pacarnya, Bambang dan Klara pacarnya, Ajie adiknya Bambang, dan Wisnu. Semua peserta selain Ajie kuliah di UAJY, sedangkan Ajie di ITB.


Back to TM, setelah mempelajari peta dan berdasarkan informasi dari Mr. Google yang tak lain adalah info dari blog-blog, akhirnya dipilih rute sbb : Jogja-Solo-Ngawi-Caruban-Jombang-Mojokerto-Gempol-Pasuruan-Tosari. Tosari adalah desa terakhir untuk tempat beristirahat, sebelum esok harinya menuju Penanjakan waktu sunrise. Rombongan sengaja memilih jalur Pasuruan-Tosari dibandingkan dengan melalui Probolinggo yang relatif mudah, karena rombongan ingin merasakan hebatnya pemandangan matahari terbit di Penanjakan, sebelum turun ke kawah Gunung Bromo. Rombongan menyepakati rencana tersebut, dan akan kumpul pemberangkatan di Kampus 3 UAJY hari Selasa 9 Juni 2009 pukul 05.00 WIB, dengan harapan waktu petang tiba di Tosari.


TM selesai, masih ada 2 hari untuk persiapan. Waktu yang ada ku manfaatkan untuk servis motor kesayanganku, Si Merah Suzuki Smash. Ganti Olie, ganti ban luar belakang, sengaja aku pilih ban belakang dengan tipe racing tapi dengan pattern ban basah, selain karena belum mengerti jalan yang dilalui, menurut info jalan menuju Tosari merupakan jalan menanjak berliku-liku tajam, supaya bisa lancar walaupun jalan yang agak basah. Lalu cek kelistrikan, busi, hingga kampas rem. Persiapan fisik juga perlu, soalnya minggu sebelumnya aku sakit batuk, tapi syukurlah saat perjalanan tidak menjadi halangan berarti.


9 JUNI 2009 : 03.00 WIB


Persiapan mantap, bangun pukul 03.00 WIB, kok hujan deras??!!! waduh, cuaca berubah begitu mendadak, udah mikir yang terburuk. Daripada mikir yang nggak-nggak, aku mandi dulu, siapa tau nanti udah selesai hujannya. Selesai mandi dan udah siap berangkat, masih gerimis, dan dapat kabar dari Anjar kalo Babarsari masih hujan. Akhirnya, jam 04.30 WIB aku nekat ke Babarsari, melawan gerimis tanpa mantol, dengan harapan sesampainya di Babarsari cuaca sudah terang. Eh, sampai di depan Kampus 3 UAJY kok sepi, belum ada yang kumpul, langsung kuhubungi Anjar dan Bambang. Bambang tidak dapat dihubungi, sedangkan Anjar dan Uli dalam perjalanan.


Jam menunjukkan pukul 05.10 WIB, pas saat Anjar-Uli tiba di meeting point, aku baru tersadar, tas kecilku ketinggalan dirumah. Wah, gara-gara mikirin ujan deres, jadi kelupaan, padahal isinya kamera, senter, pisau serbaguna, dll. Langsung aku bilang Anjar gini: “aku bali sik, tas cilik ku keri nang omah, penting je. Mengko nek wes podho kumpul, nek aku isih suwi, mending podho mangkat’o ndhisik, ktemu nang Solo wae...” (aku pulang dulu, tas kecil ku ketinggalan dirumah, penting. Ntar kalo udah kumpul, trus kalo aku masih lama, berangkat aja duluan, ketemu di Solo aja...). Aku juga SMS Bambang tentang ini, langsung aku meluncur dengan kekuatan penuh kerumah, padahal jauh banget dari kampus, dari Babarsari ke Jalan Magelang KM 9.hehe...


Karena masih sepi, ya lumayan lah bisa agak cepat sedikit. Ternyata, masuk daerah Mulungan sebelum Denggung, yang jarak kerumah tinggal 3 menit, malah hujan agak deras. Tanggung, nekat lagi deh, sampai rumah ga pake mantol. Tapi nekatnya gak ngawur, jaketku keren anti air, sepatu juga anti air, paling Cuma celana yang basah dikit.he... Masuk rumah ambil tas, pamit lagi, baca SMS dari Bambang yang isinya gini : “kita tunggu aja...”. Wah, berarti dalam pikiranku udah pada komplit, tinggal menunggu diriku ini. Siap jalan, nekat lagi ujan-ujanan, toh cuma dikit keujanannya. Memacu Si Merah lagi menuju Kampus 3 UAJY.


Lho, kok di meeting point sepi lagi?? pada kemana ni, apa udah pada jalan duluan? tapi kok gak ada SMS ya. Ku telepon Bambang ga diangkat, telepon Anjar diangkat, ternyata mereka ada di burjo belakang kampus, langsung meluncur kesana. Betapa kagetnya diriku, ternyata Cuma ada Anjar-Uli, yang lain belum datang!!! yang bikin lucu, katanya mereka lagi antri mandi.huahaha.... akhirnya aku makan burjo dulu, laper gara-gara ngebut tadi. Akhirnya Bambang-Klara-Ajie-Wisnu datang juga, cerita-cerita kalo sempet nyasar waktu nyamperin Wisnu, lagian katanya tadi Babarsari masih hujan. Ya sudahlah, sekarang siap-siap berangkat, foto keluarga dulu.hehe...


9 JUNI 2009 : 07.00 WIB


Peserta berjumlah 7 orang dengan 4 motor, Bambang-Klara dengan motor Honda Megapro sebagai Leader, Anjar-Uli dengan motor Suzuki Shogun 125 NR, Wisnu-Ajie dengan motor Honda Supra X 125 PGM-FI, dan aku dengan Suzuki Smash FD110 XCSD warna merah sebagai sweeper. Rombongan berdoa bersama sebelum berangkat, supaya perjalanan lancar dan menyenangkan. Berangkat dari Babarsari pada pukul 07.00 WIB.


Menyusuri Jalan Solo, melewati Prambanan rombongan mengalami perjalanan lancar setelah memasuki Provinsi Jawa Tengah. Kota Klaten pun lancar, rombongan memilih jalur ring road Klaten, karena asumsi rombongan pada pagi hari jalan kota akan ramai dengan aktifitas warga. Mendung semakin terlihat di depan, saat rombongan baru mencapai Delanggu, dan akhirnya rombongan memasuki area yang sedang hujan, dan rombongan pun menepi. Jam menunjukkan pukul 08.15 WIB Akhirnya diputuskan untuk berteduh, sekalian sarapan yang belum. Sekitar 45 menit menunggu, akhirnya rombongan berangkat agak nekat grimis-grimis, ke arah kota Solo.


Karena cuaca yang tidak menentu, rombongan berjalan pelan menyusuri jalan daerah Solo, ternyata Ajie sedang mencari toko untuk beli sendal jepit. Dapetnya di Pasar Gedhe, rombongan terasa beser karena cuaca yang lumayan dingin. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Perjalanan dilanjutkan ke arah Sragen. Melihat arah Timur yang cuacanya terang, rombongan memutuskan untuk kembali mengenakan sepatu sesaat sebelum kabupaten Sragen, jam menunjukkan pukul 10.45 WIB.


9 JUNI 2009 : 12.00 WIB


Tengah hari, rombongan baru memasuki wilayah Provinsi Jawa Timur, dalam perjalanan menuju Ngawi. Rombongan beristirahat di Pom Bensin. Perjalanan lancar melalui Kota Ngawi, cuaca yang cerah memperindah pemandangan persawahan dan Gunung Lawu di Selatan kami. Dari Ngawi, rombongan mengambil arah Caruban, tidak melewati kota Madiun, karena lebih cepat. Namun di tengah perjalanan di daerah Karangjati terdapat jembatan yang sedang dalam perbaikan, sehingga kendaaraan berat tidak dapat melewatinya.


Pukul 14.00 WIB rombongan beristirahat untuk makan siang di daerah Saradan, sebelah Timur Caruban. Menu rombongan siang itu adalah Soto Daging (plus kacang.he...). 30 menit berlalu, rombongan melanjutkan perjalanan ke arah Nganjuk. Melewati kota Nganjuk sekitar pukul 15.00 WIB. Perjalanan lancar menuju kota Jombang. Sekali lagi rombongan beristirahat di salah satu Pom Bensin “terindah” di daerah Jombang, karena super bersih.he... Jam menunjukkan pukul 15.50 WIB.


Wkatu lagi duduk-duduk, ada ibu-ibu yang tanya-tanya : dari mana, mau kemana gitu, trus dijawab lengkap, trus ibunya bilang gini : “oh, kirain mo ke surabaya, liat pembukaan jembatan Suramadu besok...”. Tanggal 10 Juni merupakan hari pembukaan jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa (Surabaya) dengan Madura. Perjalanan dilanjutkan pukul 16.15 WIB ke arah Mojokerto, lalu ke Timur ke arah Mojosari.


Karena rombongan sudah merasa kelelahan, setibanya di daerah Mojosari sudah petang, lalu memutuskan untuk beristirahat sejenak di Pom Bensin Mojosari, waktu menunjukkan pukul 17.55 WIB. Saat itu rombongan merasakan angin dingin yang diperkirakan akan turun hujan, sehingga rombongan berpikir apakah rombongan harus istirahat di sini selama beberapa jam sebelum meneruskan perjalanan ke arah Pasuruan, soalnya pas lagi istirahat ini hampir semua terbaring kelelahan. Akhirnya diputuskan untuk memompa semangat, melanjutkan perjalanan ke arah Gempol, dengan syarat apabila hujan rombongan harus berhenti.



9 JUNI 2009 : 18.00 WIB


Perjalanan dari Mojosari melewati kota kecil ini, ada yang menarik, yaitu saat melewati pasar kecil, di sebelah kiri ada keramaian menyerupai pasar malam, dengan ada panggung utama untuk wayang. Hebatnya panggungnya lebar banget, panggung wayang terbesar yang pernah ku lihat. Perjalanan menuju Gempol, dimana rencananya rombongan akan mampir melihat lumpur Lapindo, tapi ternyata waktu tidak memungkinkan, sehingga rencana tersebut dialihkan waktu rombongan menempuh jalan kembali ke Jogja. Karena sudah malam, dan tidak ada yang pernah melewati jalan daerah Gempol, sehingga rombongan banyak bertanya pada warga jalan yang menuju Pasuruan. Harapan terkembang, saat rombongan melihat papan penunjuk arah Pasuruan yang menginformasikan bahwa jarak ke kota Pasuruan sekitar 24 Km, lumayan lah.


Jalan lurus tanpa hambatan yang berarti, masuklah rombongan ke kota Pasuruan, pertama lihat kok sepi, padahal baru jam 20.00 WIB. Ternyata baru diketahui belakangan bahwa daerah itu memang kalo malam sepi, karena daerah pertokoan, ya seperti pertokoan Jalan Solo kalo di Jogja. Daerah yang ramai ada di sebelah selatan kami, sedangkan kami beristirahat untuk makan malam di sekitar sana, mendapatkan warung tenda. Menu yang kuambil Mie Kuah, memang dasarnya laper atau memang enak ya, mie kuahnya enak banget, yang lain ada yang pesen nasi goreng dan bihun kuah.


Rombongan mengadakan diskusi, apakah ingin bermalam di Pasuruan, atau melanjutkan ke Tosari, karena sudah pada lelah, belum tahu jalannya, dan sudah kemalaman. Akhirnya diputuskan untuk meneruskan, soalnya tanggung banget, mending capek sekalian pas sampai di penginapapan di Tosari. Aku dan Bambang mampir ke Pos Polisi, buat tanya jalan ke arah Tosari. Polisinya menjelaskan dengan lengkap, plus diberi nomor telepon pos, kalo terjadi apa-apa di jalan. Katanya, selepas kota Pasuruan memang sepi dan agak rawan, tapi kalo udah sampai daerah pegunungan daerahnya aman banget. Pukul 21.00 WIB berangkat dari Pasuruan dengan sisa-sisa tenaga.he...


Daerah selepas kota memang sepi banget, tapi karena kami 4 motor jadi masih berani. Sebagian rombongan merasa ingin buang air kecil, namun terpaksa ditahan, karena pom bensin yang dilalui sudah tutup. Begitu memasuki pegunungan, jalan mengecil dan berliku-liku tajam. Ini jalan yang kusuka, apalagi pas malem, rasanya nikmat banget. Jalan ini merupakan jalan favorit saya yang pertama. Sebetulnya jalan gunung seperti ini kalo siang, pasti bakal liat pemandangan bagus, tapi sering nggak konsen jalannya, malah bahaya keasikan liat pemandangan.he...


Jalan berliku naik terus, setelah 1 jam melalui jalan gunung baru memasuki daerah Puspo, masih naik terus dengan jalan yang tipikal. Di kejauhan rombongan sudah melihat banyak lampu-lampu rumah di punggung bukit, keliatannya sih dekat, tapi ternyata masih jauh. Sekitar 30 menit kemudian tiba di persimpangan, ada pos jaga kosong di tepi jalan. Persimpangan tersebut kalo lurus akan menuju Penanjakan, sedangkan kalo ke kanan ke pemukiman desa Tosari. Rombongan mengambil arah Tosari, untuk mencari tempat beristirahat, waktu menunjukkan pukul 23.20 WIB.


Rencana awal, rombongan hendak mencari Polsek, dengan perkiraan rombongan bisa menginap disana, atau paling tidak berkemah di halaman. Tapi kondisi rombongan yang sangat lelah, apalagi kelelahan mencari Polsek Tosari yang jauh di atas bukit, akhirnya diputuskan untuk mencari penginapan. Walaupun malam-malam, di pasar Tosari masih ada beberapa warga, yang dapat membantu mencarikan penginapan. Rombongan menemui salah satunya, dan diantar ke penginapan, dengan harga standar Rp100.000,-/kamar. Rombongan menyewa 2 kamar, 1 kamar untuk 2 cewek, dan 1 kamar lain untuk 5 cowok. Rombongan juga langsung ditawari jasa Jeep, sama seperti semua wisatawan yang menginap di Tosari, dengan harga Rp350.000,00 dengan kapasitas 7 orang (yang kurus-kurus.he...) dan kami menyetujuinya.


Rombongan memasuki tempat penginapan pukul 23.52 WIB, hampir 17 jam perjalanan rombongan dari Jogja, yang seharusnya bisa lebih cepat, sungguh perjalanan yang melelahkan. Letak penginapan berada di bawah kantor Kecamatan Tosari. rombongan tanpa basa-basi langsung menyiapkan diri untuk tidur, tapi ga bisa lama, soalnya jam 3 pagi sudah dijemput oleh Jeep berangkat ke Penanjakan, melihat matahari terbit.


10 JUNI 2009 : 03.00 WIB


Lumayan, bisa tidur 3 jam, langsung terbangun, cuci muka gosok gigi, airnya dingin banget, siap-siap buat berangkat ke Penanjakan. Temen-temen yang lain masih pada siap-siap, aku juga keburu-keburu, langsung kunci kamar, berangkat deh, jam 03.40 WIB. Jeep warna abu-abu gelap dengan aksesoris warna merah terang, tapi aku lupa nama bapak sopirnya. Dari penginapan, naik ke pasar, lalu mengambil arah ke persimpangan semalam, yang ada pos jaga kosong, lalu belok kanan ke arah Penanjakan.


Jalan yang ditempuh masih mulus, melewati beberapa pemukiman penduduk, sebelum akhirnya berhenti di pos penjagaan, yang merupakan gerbang masuk untuk membayar tiket masuk. Satu orang saat itu Rp6.000,00. Rogohw saku, lho kok dompet ku ilang, dipikir-pikir, diinget-inget, ternyata dompetku ketinggalan di tas, di penginapan.he... Untung ditombok’i dulu sama Anjar.


Lewat pos, lanjut naik, kira-kira 15 menit ada persimpangan, Jeep ambil arah kiri, dimana kalo ke kanan akan turun ke area kawah atau padang pasir. Tidak jauh dari persimpangan, sampai juga di Penanjakan, spot yang wajib dikunjungi untuk wisatawan yang ingin menikmati keindahan matahari terbit menyinari Bromo dan teman-temannya hingga Gunung Semeru. Berbagai foto landscape Bromo yang super indah juga dihasilkan dari sini, maka tempat ini sangat ku anjurkan untuk singgah disini pas sunrise.


Pukul 04.30 WIB, dari tempat parkir kita jalan naik, dan langsung ditawari persewaan jaket tebal, karena selain dingin, di puncak perbukitan ini angin cukup kencang, jadi tambah dingin. Kalo yang ga kuat dingin, seperti pengunjung yang berasal dari kota yang panas (jakarta atau surabaya), bisa menyewa dengan harga Rp5.000,00. Tapi yang penting itu penutup kepala, bisa bawa kupluk atau topi biasa saja.


Di area view point, sudah banyak orang ternyata, tidak penuh, tapi rame. Aku agak bingung mau nongkrong dimana, soalnya udah bawa tripod. Muter-muter, rombongan berada di sisi Timur yang masih lengang, sementara aku berhasil menempatkan tripod di sisi selatan, yang mengarah langsung ke gunung Bromo, tepatnya di depan pagar bambu yang dipasang karena pagar yang asli longsor. Sengaja milih tempat ini, karena ingin mendapatkan moment saat matahari menyinari Bromo dan padang pasirnya. Menunggu, sambil kedinginan selama 1 jam, akhirnya matahari mulai menampakkan wujudnya, jam menunjukkan pukul 05.30 WIB. Sekitar 3 menit sejak nongol hingga keliatan seluruhnya, matahari bergerak naik. Waktu cahaya keemasan seperti ini, dalam istilah fotografi disebut Golden Hour, karena cahayanya yang menerpa objek dapat membuat foto landscape menjadi lebih menarik, dan saat seperti inilah sering dilihat foto-foto di National Geographic.


Begitu matahari terlihat seluruhnya, sebagian besar turis mulai meningglakan area view point untuk menuju ke kawah Bromo. Kami masih menunggu di view point, karena agak sepi jadi bebas foto-foto. Puas foto-foto, kami turun ke tempat parkir jeep, kasihan bapak sopirnya bingung, dipikirnya kami salah naik jeep, soalnya lama banget.he...


Jeep meluncur, semat berhenti di pertigaan untuk foto-foto lagi, lalu lanjut ke arah kawah. Turunan tajam, jalan berbatu, sebetulnya masih bisa dilalui motor, namun kondisi ban harus diperhatikan, karena kalau bocor, lokasinya jauh dari Tosari, dan ingatlah bahwa tidak ada yang jual bensin di area kawah Bromo.he... Setelah melewati turunan, sampai di area pasir, menuju Bromo dengan mengitari Gunung Batok.


Di tempat parkir jeep, suasana begitu sejuk, karena kita berada di bawah lapisan kabut yang belum ditembus oleh sinar matahari, menyaksikan padang pasir dan hamparan rumput yang indah, walaupun sesekali tercium bau yang tidak sedap, karena banyaknya kuda di lokasi. Sesi foto-foto pun berlanjut, kurang lebih setengah jam, waktu sudah menunjukkan pukul 07.30, kami pun bergegas berjalan menuju puncak Bromo, sambil menolak tawaran jasa naik kuda. Saat itu di tempat parkir, ditawari jasa kuda Rp 75 ribu PP.


Jalan mulai menanjak, belum pada sarapan, nafas ngos-ngosan, berhenti untuk istirahat setiap 25 meter.hehe... Ditawari jasa kuda lagi, kali ini seharga 50 ribu PP, kali tetap ditolak, lanjut lagi. Semakin menanjak, matahari semakin terik, membuat kering tenggorokan, berhenti dulu untuk foto-foto, sebagai alibi padahal kecapekan. Jasa kuda sekarang seharga 30 ribu PP, masih ditolak, hidup jalan kaki!!!


Tangga menuju puncak semakin jelas, membuat kami makin semangat, karena kaki kami semakin letih, badan mulai panas, jaket pun kulepas, kami tetap jalan walaupun jasa kuda sudah 10 ribu sekali jalan.he... Akhirnya sampai di dasar tangga juga, langsung meniti tangga satu-persatu. Tapi langkah tangganya begitu pendek, saya yang sudah terbiasa jalan dengan langkah panjang sejak dari bawah, langsung merasa kaget dengan langkah-langkah tangga yang pendek, sedangkan kalau ambil 2 anak tangga sekaligus, terlalu panjang, tanggung banget. Sudah tidak ada jasa kuda, tetap jalan, istirahat di tempat setiap 15 anak tangga...


PUNCAK BROMO, akhirnya sampai juga, pukul 08.15 WIB, nafas masih ngos-ngosan, motret kepulan asap belerang di kawah Bromo, sambil menikmati semilir angin puncak. Dua orang langsung sakit setiba di puncak, yaitu Klara dan Wisnu, mabok gunung.he... Istirahat, foto keluarga, mejeng-mejeng, foto-foto lagi, liat-liat pemandangan, bersiap untuk turun. Menuruni tangga pelan-pelan, takut ngglundung, tangga selesai mulai menapaki jalan menurun, sambil menolak jasa kuda seharga 15ribu.


Berhenti di tengah, untuk foto-foto, nggak kerasa karena jalannya yang menurun, dan memang sudah menjadi kebiasaan, jalan pulang selalu lebih cepat. Pukul 09.00 kami sudah tiba di tempat parkir jeep, kasihan juga ya sopirnya, dia sendirian, jeep-jeep yang lain sudah pergi, entah kembali ke Tosari, atau mungkin ke Danau Ranu, atau mungkin juga ke Air Terjun Madakaripura. Kami memutuskan kembali ke penginapan, capek, laper, ngantuk.


Sampai di penginapan, bayar 350 ribu ke sopir jeep, mengucap terimakasih, lalu sebagian besar mulai beranjak ke tempat tidur. Aku pengen juga tidur, tapi malah pusing, belum sarapan, mandi dulu deh, uadem tenan, brrrr... Abis mandi pergi ke pasar sama Ajie, beli nasi bungkus buat 7 orang, sama kerupuk 1 bungkus, seharga 50 ribu, terus beli 2 botol besar air mineral. Sarapan pagi, yang telat, jam menunjukkan pukul11.30 WIB. Kenyang, trus ngantuk, yang lain pada mandi, aku tidur dulu deh, buat mengumpulkan tenaga...


10 JUNI 2009 : 12.00 WIB


Bangun tidur, yang lain sudah selesai mandi, ada yang sudah siap-siap packing. Aku bangun, lalu ikutan packing. Sekitar jam 13.00 kami melakukan persiapan akhir untuk berangkat, dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah Purwodadi, melewati desa Tutur. Dari Purwodadi akan ke arah Malang, dimana kami akan melewati Batu, dan akan bermalam di Kediri, yaitu di Sendang Pohsarang.


Selesai bersiap, rombongan berangkat dari penginapan di Tosari pada pukul 13.25 WIB. Dari Tosari ke arah Selatan, jalan relatif naik hingga mengitari 2 bukit, hingga akhirnya jalan agak menurun. Sekitar pukul 14.00 WIB, rombongan menemui jalan yang agak besar, lalu mengambil arah Barat, atau ke arah Purwodadi. Jalan inilah yang merupakan jalan favorit saya yang kedua, yaitu berupa jalan datar yang berkelok-kelok. Karena lebar jalan yang cukup, kecepatan pun dapat dinaikkan hingga 70 Km/jam, tidak bisa lebih dari itu karena jalan lurus yang pendek, lalu berkelok-kelok, sungguh menyenangkan.


Hampir selama 1 jam melewati jalan menyenangkan itu, kami tiba di Purwodadi, bertemu dengan jalan raya Surabaya-Malang. Kami mengambil arah kiri atau Selatan, Jalan yang begitu ramai dan padat, mau tak mau rombongan segera beradaptasi dengan jalan raya itu. Dengan tetap menyatu dalam rombongan, kami berusaha untuk tetap bersama, karena banyak angkutan kota yang berhenti mendadak, sementara juga banyak mobil dan truk-truk yang berkecapatan tinggi.


Sebelum sampai di kota Malang, pukul 15.30 WIB, kami berhenti di pom bensin Singosari, untuk beristirahat dan mengisi bensin. Kami memutuskan untuk tidak melewati kota, namun melewati sebelah utara kota Malang, untuk mencari jalan pintas yang dapat menuju kota Batu. Rombongan kembali berangkat sekitar pukul 16.00 WIB.


Rombongan sempat bingung saat sebelum tiba di Batu, karena belum pernah melewatinya, akhirnya sempat bertanya pada orang. Begitu melewatinya, hingga di kota Batu, kami berjalan santai untuk menikmati udara yang begitu sejuk, jalan pun sudah mulai agak menanjak dan berkelok, rombongan tetap berjalan santai. Begitu lepas dari daerah Batu, hari semakin gelap, jalan pun mulai berkelok-kelok, dengan agak naik-turun walaupun cuma sedikit, ini jalan yang menyenangkan. Jalan antara Batu-Kandangan adalah jalan favorit saya yang ketiga kali ini, sangat menyenangkan.


Kenapa begitu menyenangkan? Karena jalan yang cukup lebar ini berkelok-kelok, dan kami melewatinya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Hal itu dikarenakan hari seudah mulai gelap, dengan pertimbangan agar segera sampai di Kediri, lagipula kalau kami tidak memiliki kecepatan yang tinggi, akan terus mengalah dari kendaraan lain yang memang berkecepatan cukup tinggi, dan itu malah menghambat perjalanan. Alasan lainnya karena kalau pelan bikin ngantuk.he... Tapi kami tetap memperhatikan keselamatan perjalanan kami.


Wisnu dengan Supra memimpin di depan karena dia yang paling ngantuk, dan dia membutuhkan perhatian ekstra supaya bisa seger. Wisnu diikuti Bambang dengan MegaPro-nya. Agak jauh terpisah Anjar dengan Shogun dan saya dengan Smash di belakangnya, kami memisah demi alasan keamanan di jalan, karena akan menggangu pengguna jalan lain apabila kami beriringan berempat sekaligus dengan kecepatan yang cukup tinggi.


10 JUNI 2009 : 18.00 WIB


Tikungan tajam, tikungan lebar, jalan lurus menanjak, jalan berbelok menanjak dan jalan berbelok menurun, sungguh menyenangkan. Perjalanan panjang dengan tipe jalan yang seperti itu di malam hari, membuat saya begitu segar, tidak merasa lelah karena badan yang banyak bergerak untuk berbelok, dan pada saat gelap seperti itu, membuat konsentrasi fokus di jalan.


Wisnu dan Bambang sempat meninggalkan kami, karena ada perbaikan jalan di daerah Pasanggrahan, yang memakai sistem buka-tutup jalan. Anjar dan saya pun melanjutkan perjalanan yang masih dengan tipe jalan yang sama. Hingga akhirnya kami melihat Bambang sudah berdiri di tepi jalan untuk memberhentikan kami, tepat di seberang pom bensin Kandangan, untuk beristirahat.


Saat hendak melanjutkan perjalanan ke arah Kediri, ternyata ban belakang Shogun-nya Anjar bocor, kami pun segera bertanya kepada warga dimana letak tambal ban terdekat. Karena sudah pukul 18.30 WIB, tambal ban sudah pada tutup, hingga ada yang bilang supaya kami ke rumahnya saja, masuk gang sekitar 150 meter. Bapak yang punya rumah pun bersedia menambal ban, dan saat dicek, ternyata bocor di bekas tambalan yang dulu, kata bapaknya tambalannya masih kuat, hingga tidak perlu ganti ban dalam. Anjar yang sebetulnya ingin ganti ban dalam pun ga jadi, karena toko yang jual ban sudah tutup, dan rencana akan beli di kota Kediri.


Karena sudah malam, akhirnya kami memutuskan untuk makan malam, dengan menu nasi rawon di dekat situ. Nasi rawonnya enak banget, seger, kenyang, sambil istirahat, pukul 19.15 WIB saat itu. Tidak lama, kami langsung berangkat ke arah Kediri, yang melalui kota Pare. Saat sebelum memasuki kota Pare, kami dikejutkan dengan pemandangan yang belum pernah kami lihat. Jalan yang semula kecil mendadak jadi lebar, dengan aspal yang masih baru. Lalu kami bertemu dengan semacam bundaran, dimana ditengahnya terdapat semacam bangunan seperti monumen, berbentuk kotak besar dengan ada celah ditengahnya, bentuknya sekilas mirip dengan bangunan yang ada di Perancis. Apalagi pas malem, ada lampu-lampunya, jadi terlihat megah, padahal lingkungannya agak sepi.


Melewati kota Pare, kami masuk ke kota Kediri, cukup ramai. Tanya pak polisi arah menuju Puhsarang, langsung menuju kesana, karena sudah capek. Kami pun mencari tempat untuk istirahat, dan akhirnya istirahat di pendopo. Untuk pembahasan tentang Goa Maria Puhsarang di lain kesempatan saja ya.he...


11 JUNI 2009 : 05.00 WIB


Terlelap karena kecapekan, tapi bisa bangun pagi juga, jam 5 pagi saya terbangun, juga karena ingin berdoa kepada Bunda Maria, yang lain pun menyusul bangun untuk berdoa, atau mandi. Setelah mandi, sarapan dulu dong, ada warung2 didekat pendopo, makanannya macem2, enak2 lagi. Mengisi perut untuk perjalanan jauh, persiapkan diri berangkat, perjalanan pun dimulai pukul sekitar 10.30 WIB.


Meninggalkan kota Kediri, kearah Nganjuk, perjalanan siang hari yang cukup panas, namun jalan terlihat lengang, jadi kami berjalan lancar dengan kecepatan cukup tinggi tanpa halangan berarti. Sesaat sebelum pertigaan Caruban, kami beristirahat di pom bensin, sekalian isi full tank. Karena cuaca yang panas, energi kami tersedot begitu banyak, asupan minum pun ditambah, yang keluar pun juga bertambah.he...


Perjalanan berlanjut ke arah Ngawi melewati Karangjati. Tidak ada yang baru karena ini jalur kami waktu berangkat. Saat di Mantingan, atau tepatnya di perbatasan Jateng-Jatim, kami beristirahat lagi, sambil foto2. Saat itu jam menunjukkan kira-kira pukul 13.30 WIB. Sekitar pukul 14.00 kami melanjutkan perjalanan memasuki wilayah Jawa Tengah, tepatnya Sragen, kami berjalan lebih santai, karena memasuki wilayah yang cukup padat.


Pukul 15.15 WIB memasuki kota Solo, kami memutuskan untuk istirahat, sekalian makan siang. Menepi di warung tenda, terdapat menu nasi rames dan soto daging, mantep lah soalnya sudah pada laper. Pukul 16.15 WIB rombongan melanjutkan perjalanan santai dan lencar menuju kota JOGJA. Memasuki kota Jogja sekitar pukul 17.30 WIB, rombongan memutuskan saling berpisah, langsung ke tujuan rumahnya masing-masing. Karena rumah saya di Jalan Magelang Km 9, cukup jauh juga, baru sampai di rumah pukul 18.00 WIB, itupun sempat mengisi bensin di pom bensin Mlati depan BKN.


Perjalanan yang menyenangkan, syukur kepada Tuhan atas lindungan-Nya. Rombongan akan mempersiapkan perjalanan berikutnya, semoga ada kesempatan dan bimbingan dari Tuhan YME atas perjalanan yang akan datang. Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf apabila ada salah kata, salam touring....

Read more...

ads

Followers

Counter

  ©Template by Dicas Blogger.